Jumat, 10 Juni 2016

Long Distance Relationship

Hubungan jarak jauh atau LDR (Long Distance Relationship),  adalah suatu hubungan yang dipisahkan oleh jarak. Mungkin banyak orang yang menghindari hubungan ini ketika menjalin komitmen dengan seseorang,  mereka berpikir bahwa suatu hubungan yang terpisah oleh jarak tidak akan pernah berhasil. Menurut mereka, hubungan jarak dekat saja kadang memiliki banyak masalah,  apalagi dengan yang dipisahkan dengan jarak? sebenarnya berkomitmen dengan seseorang itu tidak berpengaruh pada jarak,  tergantung bagaimana cara kita menyikapi posisi tersebut.

Banyak orang merasa takut apabila harus menjalin hubungan jarak jauh,  karena rawan perselingkuhan. Rasa khawatir karena tidak bisa sering bertemu atau bahkan tidak bisa saling bertukar kabar karena adanya kesibukan,  hingga rasa rindupun datang. Hal itu yang membuat banyak orang enggan dengan hubungan jarak jauh. Memutuskan berkomitmen, suatu hal yang sangat sulit, tidak semudah di televisi - televisi itu. Kita berkomitmen,  berarti kita sepakat atas apa yang kita sepakati, kita saling menyayangi satu sama lain, kita saling mengalah satu sama lain, kita juga harus saling mengerti.

Aku... menjalin hubungan yang terpisahkan oleh jarak 225 mil, terpisah oleh lautan. Jarak yang harus ditempuh selama kurang lebih 10 jam apabila ingin saling bertemu. Detik - detik telah mengantarkanku menuju menit, yang akhirnya berubah menjadi jam, minggu bahkan bulan. Tak terasa sudah 22 bulan aku bersamanya dan jarak tentunya, meskipun hubungan kami memang sempat putus nyambung. 

Long Distance Relationship mengajarkanku banyak hal. Mengajarkan bagaimana aku bisa menghargai tiap detik waktu yang kita punya saat kita bertemu. Perdebatan kecil yang selalu kita lakukan ketika masih terpisah jarak pun tidak pernah terjadi. Senyuman indah tak pernah hilang dari wajah kami. Bersamanya adalah hal yang lebih berharga dari apa yang dia miliki saat ini. Jarak mengajarkanku untuk bersabar tentunya. Bersabar menantikan waktu hingga dapat berjumpa dengannya,  bersabar menunggu kabar darinya. Rasa lelah setelah seharian sibuk dengan dunianya masing - masing dan lalu mendapatkan sebuah pesan singkat darinya, sebuah senyuman langsung terukir indah dibibirku, ya walaupun hanya pesan yang berisi sekedar mengingatkan untuk jangan lupa makan misalnya, namun hal itu justru membuat rasa lelah itupun menghilang. Dengan bersabar, kita bisa menjadi lebih dewasa, karena untuk mendapatkan sesuatu yang kita inginkan tidak mudah untuk mendapatkannya. Tentu hal itu membutuhkan kesabaran dan juga pengorbanan. Jarak juga mengajarkan untuk selalu menjaga perasaan agar tetap utuh untuk seseorang yang selalu menungguku di pulau seberang sana. 

Banyak pemikiran negatif ketika jarak memisahkan. Curiga. Menjadi salah satu faktor yang menimbulkan konflik. Ketika kurangnya komunikasi, perasaan curiga itupun muncul, yang akhirnya membuat kami saling beradu argumen. Aku tahu, dia sibuk dengan urusannya, sehingga tak sempat memberiku kabar. Aku tak pernah menuntutnya untuk selalu menghubungiku selama 24 jam karena aku tau dia punya kehidupannya sendiri. Terkadang bosan pun menjadi faktor yang membuat sikap kami menjadi berubah, dingin, cuek, bahkan seperti tidak perduli satu sama lainnya. Memang, bosan dalam suatu hubungan adalah hal yang wajar dan bersifat manusiawi, namun hal itu kembali pada diri kita lagi,  bagaimana usaha kita untuk menghilangkan rasa bosan tersebut dan tetap mempertahankan hubungannya. Dalam hal ini, kepercayaan sangat dibutuhkan. 

Kangen. Menjadi sebuah rasa yang selalu mengganggu. Ingin rasanya berada di sampingnya, melihat wajahnya, menyentuhnua, dan mengatakan "aku cinta kamu" saat aku berada di hadapannya. Bukan sekedar lewat angin, bukan lewat udara ataupun doa yang sering aku ucapkan ketika aku bersujud kepada Nya,  namun tak terhalang oleh layar, tak terhalang oleh jarak apapun. Kadang, ketika dia mengeluh lelah karena pekerjaannya, ingin rasanya memeluknya, memberikan kenyamanan untuknya, berharap dapat mengurangi sedikit rasa lelahnya. Tapi apa dayaku, jarak selalu berada diantara kita. Sedih, ketika dia bilang "cepat pulang, aku kangen" tidak hanya kamu, aku pun merasakan apa yang kamu rasakan saat itu. Aku pasti kembali ke kota kelahiranku, ke kota dimana kamu berada, aku pasti kembali dengan perasaan yang sama untukmu seperti saat ini. 

Ketika ada jarak yang memisahkan, disaat itu lah cinta sejati bisa diketahui jarak kedalamannya. Dan ketika terpisahkan, jarak bisa sangat mengajarkan banyak hal. Bersabar menanti pertemuan, menumbuhkan rasa percaya dengan pasangan, dan bisa saling mengerti. Waktu yang dibutuhkan saat penantian itu lah yang akan menunjukkan seberapa besar pengorbanan cintamu. Bahagia itu kadang bisa sangat sederhana, ketika kesabaran dimasa penantian itu lah yang akan membawa pertemuan yang sangat indah. Dan semoga, kemudahan yang terjadi hanyalah kebahagiaan. 

Jumat, 27 Februari 2015

I Miss My Old Family



            Dalam hening aku berkhayal, tentang kisah kasih yang dulu ada, sekarang mulai pudar bahkan menghilang. Kisah yang dulu kurasakan bahagia, kini berganti dengan derita yang perih. Ayah, ibu, dengan keegoisan kalian, seakan melupakanku. Dengan amarah kalian, seakan menganggap aku tidak ada. Aku ingat ketika aku pulang sekolah, baru saja aku menginjakan kaki di depan pintu, bukan sambutan hangat yang aku dapatkan dari kalian, bukan senyuman manis yang aku dapatkan di wajah kalian, melainkan cacian maki, amarah dan air mata.
            Ayah, ibu... Dimana kasih yang dulu pernah ada? Dimana cinta yang dulu pernah membara? Mengapa seolah semua tidak pernah ada? Mengapa harus ada amarah dan air mata? Tidak pernahkah kalian merasakan sedihnya menjadi aku, disaat aku harus memilih cinta diantara kalian. Tidak pernahkah kalian melihat aku, betapa aku sangat membutuhkan kalian berdua.
            Tuhan... Aku tidak meminta untuk dilahirkan dengan keadaan seperti ini. Aku tidak pernah meminta kemewahan di dunia ini. Tapi, izinkan aku mengembalikan cinta yang hilang.

            Aku merindukan keluargaku yang dulu.

Untitled

Ada hari dimana dunia ini dimulai, dan tentu akan ada akhir dari segalanya. Aku tau, masih banyak hal yang tak pernh terpikirkan olehku, namun tentu saja aku tak pernah menyadarinya. Dari awal, aku sangat tau bagaimana perjalanan kehidupan, tak dapat diduga, tak pernah terlintas apa yang akan terjadi selanjutnya hingga tiba saatnya semua terungkap menjadi sebuah kejutan. Kejutan yang mungkin akan merekahkan senyuman atau malah membawamu ke dalam kelaraan. Sama sepertiku, hidup dikelilingi banyak hal kelam, seakan akulah penjahat yang terus dikejar polisi. Siapa yang salah disini? Aku kah? Tidak! Aku tak pernah merasa salah dalam keadaan ini. Aku hanya... Aku hanya tak mengerti mengapa aku terus yang menjadi korban?

Serpihan luka itu belum juga habis ditelan bumi, ia semakin membawaku ke dalam dunianya, menyeruakkan betapa malangnya aku. Aku menyesal telah mau mencicipi hidup seperti ini, aku bahkan tak pernah berpikir bagaimana bisa aku bertahan dalam kegelapan yang selalu menyelimutiku. Mungkin dari luar aku memang terlihat kuat, senyum selalu menghiasi bibirku. Bahkan mungkin semua orang menganggap aku pribadi yang selalu ceria, selalu bahagia tanpa beban sedikitpun. Tapi siapa sangka bahwa itu semua hanyalah sebuah topeng. Aku sebenarnya rapuh! Aku lemah! Aku bukan batu karang yang hanya dapat diam dengan kokoh meskipun diterjang ombak setiap saat, aku hanya manusia biasa yang masih menyimpan sebuah perasaan, perasaan yang tak pernah orang lain mengerti. Hanya aku. Yaa, hanya aku yang dapat memahami hidupku. Bukan orang lain.

Rabu, 18 Februari 2015

Sakit yang Teramat Sangat Menyakitkan



Waktu itu, tepatnya hari Kamis, berarti malam Jumat kan? Itu merupakan malam paling gue takutin, ntah lah gue selalu mikir “ini malam Jumat kliwon bukan ya?” dan waktu jam menunjukan angka 23:35 perut gue mulai berkontraksi, rasanya melilit banget, dan gue rasa gue mau melahirkan (?) disitu gue bingung harus ke kamar mandi buat ngeluarin isi perut gue yang emang sudah gak betah buat tinggal di dalam perut alias sudah pengin dikeluarin dari asalnya. Setelah lumayan lama berdebat dengan diri sendiri, gue pun akhirnya ke kamar mandi buat setoran. Dan itu kali pertamanya gue ke kamar mandi tengah malam apalagi itu malam Jumat. Bisa kalian bayangkan, gimana takutnya gue waktu keluar kamar? Gue berjalan keluar kamar dengan kaki gemetar, lutut kanan bisa pindah ke lutut yang kiri, oke ini lebay menurut gue. Tapi saat itu gue beneran takut, takut ada yang nemenin waktu gue lagi di kamar mandi, tapi menurut gue itu gak mungkin juga. Selesai gue ngeluarin semua isi perut, gue bisa bernafas tenang dan bisa balik ke kamar lagi buat ngelanjutin aktifitas gue yang sempat tertunda.
Sekitar jam setengah 2 malam, gue memutuskan untuk pergi tidur karena mata gue sudah bener – bener pengin merem. Yah seperti itu lah gue, setiap harinya selalu tidur diwaktu hampir pagi hari menjelang. Menurut gue ada sensasi tersendiri ketika gue tidur jam – jam segitu. Padahal sebenarnya sih gue takut buat nutup mata, itu Cuma alasan gue biar gak dibilang penakut, sebenarnya gue emang penakut dan kalian semua sekarang tau itu.
Ditengah enaknya tidur gue, ditengah indahnya mimpi gue, perut gue mulai berkontraksi lagi. Ketika itu gue tengok jam ternyata jam menunjukan diangka 3.05 dini hari. Gue gak tau ini perut maunya apa sebenernya, maksudnya kenapa sakitnya gak bisa ditunda dulu gitu, kenapa harus sakit ditengah malam? Kenapa harus sakit di malam Jumat coba? kan gue jadi males buat ke kamar mandi, oke maksud gue takut lebih tepatnya.
Dan waktu gue merasakan perut yang semakin lama semakin sakit, gue memutuskan untuk beranjak dari kasur. Tapi, belum sampai di kamar mandi, gue bisa mendengar ada suara di dalam kamar mandi, seperti ada yang sedang mandi. Di jam segini masih ada orang yang mandi? Atau jangan – jangan....? tapi masa iya ada setan yang bisa mandi? Gue coba buat menyingkirkan pikiran – pikiran dangkal gue itu. Setelah gue pikir – pikir mungkin itu yang mandi adalah temen kost gue yang baru pulang kerja, mana mungkin sih setan bisa mandi kan? Guenya aja yang terlalu takut. Gue sudah gak kuat buat menahan beban hidup gue ini, ehm maksud gue, gue sudah gak kuat buat menahan sakit perut yang teramat sakit ini, tapi orang yang di dalam kamar mandi pun tak kunjung keluar. Itu orang lama banget mandinya, dia gatau apa kalau gue lagi nahan sakit gara – gara mau melahirkan, atau dia Cuma pura – pura gatau dan sengaja berlama lama di sana buat menyiksa gue dengan sakit yang amat pedih ini? Tapi gue pikir sih emang diaa beneran gak tau kalau gue lagi kesakitan seperti sekarang ini. Pengin rasanya gue gedor – gedor itu pintu kamar mandi sambil teriak “WOY CEPETAN KELUAR, GUE MAU MELAHIRKAN INI! GUE GAK MAU ANAK GUE KELUAR DISINI!” tapi hal itu gue urungkan karena mengingat kalau itu tengah malam dan kalau hal itu gue lakuin, yakin pasti gue bakal kena marah orang satu rumah karena udah mengganggu acara tidur mereka, bahkan mungkin ada sebagian dari mereka yang sedang sibuk membuat pulau Sumatera atau pulau Kalimantan di dalam tidur mereka. Gue gak bisa membayangkan hal jorok seperti itu.
Hal yang gue tunggu – tunggu pun datang, orang itu sudah selesai mandi.
ORANG ITU SUDAH KELUAR DARI KAMAR MANDI! Sengaja di Caps lock biar keliatan. Dan bisa kalian bayangkan gimana bahagianya gue buat melepaskan semua beban yang sangat tidak enak itu? Mungkin muka gue waktu itu sudah kaya puppy (anak anjing) dengan mata berbinar, begitu bahagia dan tentu menggemaskan. Gue pun setengah lari menuju ke kamar mandi, karena gue sudah benar – benar gak tahan. Dan lagi, gue bisa bernafas lega karena gue bisa terbebas dari beban ini lagi. Akhirnya gue bisa balik tidur lagi.
Waktu pagi harinya, perut gue kembali melilit kaya lagi dililit sama ular piton, sakit banget. Beberapa kali gue bolak balik kamar mandi. Mungkin kalau kamar mandinya bisa ngomong, dia bakalan ngomong “Woy bolak balik mulu lo, gue bosen tau ngeliat muka lo yang udah mirip kaya jamban itu” anjir pemikiran kamar mandi yang menurut gue picik banget.

Senin, 15 Desember 2014

There's No Place Like Home

It's been four months since I left everything I knew behind and moved into a new world. Four months of making new friends, taking new classes, learning the weirdness that is communal shower, and realizing how expensive everything is.

But along with all this stuff that has been AWAY too much fun, sometimes when I'm alone, this weird things take over me.
HOMESICKNESS

I've never really been homesick before. All those times when I went to camps, I think I missed my family, but I had friends with me and it wasn't as bad.
Even though I've only gotten really homesick a few times, I have found some really good tricks for batting it. Everyone deals with homesickness differently, I find these are really great way for me to get on with my new life even when I feel sad.

Because our true home is in heaven, we sometimes get homesick.

Minggu, 28 September 2014

Memories In High School


                3 tahun sudah terlewati, masa – masa di SMA yang indah itu sekarang sudah jadi kenangan. Masa masa dimana kita saling nyontek kalau ada pr yang seharusnya dikerjakan di rumah tapi kita selalu mengerjakannya di sekolah, di hari tugas itu harus dikumpulkan. Bahkan, sewaktu ulanganpun kadang kita mencontek jawaban teman satu sama lain. Kebayangkan rasa saling tolong menolong kita disitu terasa banget. Walaupun waktu kelas satu kita semua tidak berasal dari kelas yang sama. Tapi selama dua tahun bersama Grados (Grade Of Social Three) sebutan untuk kelasku di kelas 2 dan 3 SMA.
                Aku masih ingat ketika diawal kelas 2, dimana kita harus saling mensesuaikan diri dengan teman – teman baru yang berasal dari tiap kelas yang berbeda. Dimana disitu kita mendapat wali kelas yang baru. Sewaktu awal – awal wali kelas masuk untuk memberi pelajaran, ada satu temanku yang tidak memperhatikan beliau dan sibuk mengobrol dengan teman sebangkunya, akhirnya wali kelasku marah dan berbicara kata – kata kasar. Dari situ grados berniat untuk mengganti wali kelas dengan guru yang lain. Namun permintaan kita tidak dikabulkan.
Di semester akhir  kelas 2 SMA tepatnya bulan Februari dulu pernah berantem sama  temen – temen cuma karena salah paham doang, dan berbulan bulan aku sama sahabatku dimusuhi mereka. Nggak cuma itu, yang bikin keadaan jadi tambah panas,  karena ada profokator diantara kita, dan orang itu adalah cowok. Aku juga nggak ngerti kenapa “dia” begitu nggak suka sama aku. Kalau dipikir – pikir aku nggak pernah bikin masalah sama dia. Tapi waktu study tour keadaan kita sudah kembali seperti semula, dimana tidak ada rasa benci diantara kita.
Seiring berjalannya waktu, ujian nasional pun semakin dekat. Kita sibuk belajar bersama, mengikuti pelajaran tambahan sampai sore hari, dan disitu sekolah menjadi rumah pertama kita dibanding rumah kita sebenarnya karena lebih banyak waktu yang dihabiskan di sekolah daripada di rumah sendiri. Sewaktu jam istirahat sebelum pelajaran tambahan dimulai pun kita sama – sama pergi bareng buat makan untuk makan siang, kita saling berbagi makanan, ketawa bareng, becanda bareng dan bercierita hal – hal konyol yang bisa bikin kita semua tertawa.
Saat hari ujian nasional tinggal keesokan harinya, masalah kembali datang kepadaku dan sahabatku. Mereka –orang orang yang ada hubungannya dengan kunci  jawaban- marah besar ke kita berdua. Mereka tidak mau mendengarkan penjelasan kita, dan tetap marah hingga ujian nasional pun berakhir.  Setelah pengumuman ketululusan, kita sudah kemabali seperti semula, saling bercanda dan tertawa.
Masa masa di SMA memang indah, banyak kenangan. Ketawa bareng, bahkan sampai nangis bareng juga. Tapi sekarang masa – masa SMA hanya ti
nggal kenangan. Kita semua sudah berpisah, ada yang melanjutkan hidupnya untuk kerja, melanjutkan untuk menuntut ilmu yang lebih tinggi dan ada juga yang mungkin untuk menikah tapi aku juga tidak tau apa ada yang menikah atau tidak. Banyak yang memutuskan untuk pergi dari Lampung, kota di SMA ku, tapi ada yang tetap tinggal di Lampung.
Kita semua sudah harus memikirkan masa depan, sudah sibuk dengan dunianya masing – masing. Lebaran kemarin pun hanya beberapa orang yang bisa berkumpul bareng, tidak banyak, tidak sampai setengah dari anggota grados. Kapan bisa kumpul bareng lagi? Bisa becanda bareng – bareng, ketawa bareng, cerita hal – hal amazing seperti dulu. 


 Miss you the family of grados  :')

Sabtu, 27 September 2014

Wave Of Life

Life is like swimming in the ocean
Think of the ocean as your life
You have two options
You can choose to sink
Give up and drown in life
Or you can choose to swim
Endure life's pressures and carry on
Think of the ocean waves as the struggles you face in life
Sometimes the waves are big and scary
Powerful and strong, pushing you around, filling you with anxiety and uncertainty
And it's hard to swim with all the pressure the waves cause
Other times the waves are small and mellow
Easy-going, comfortable, filling you with self-confidence
And it's easier to bear, swim around, and carry on
You see, life is like that
Life is filled with big, scary struggles
And small, mellow struggles
We all face struggles, day in and day out
Sometimes they are easier to bear and it's easier to "keep swimming"
Other times the struggles are so uncomfortable, confusing, and hard
That they cause you to feel like you're "drowning"
But you see, we have no control over the ocean
We can't control the ocean's movements
We can't control the size of the waves
We aren't God
Only the Creator of the Universe has the ability to control the ocean's movements
But we do have a choice to make while in it
We can either endure the wave's pressure and keep swimming,
Or we can give up, quit, and drown
We cannot avoid the struggles that life brings,
And we don't have complete control over the struggles
But we have control in our reactions to our struggles
And we play a part in how these struggles will affect us
In life we have the opportunity to carry on and endure
Or we can make the choice to throw in the towel and give up
The latter isn't a smart decision,
Because life is painful and hard
But at the same time life is meaningful
And our time on this earth is very special
Each and every one of us has a purpose in this life
So, what will you choose to do when life gets hard and you feel the waves crashing into you?