Jumat, 27 Februari 2015

I Miss My Old Family



            Dalam hening aku berkhayal, tentang kisah kasih yang dulu ada, sekarang mulai pudar bahkan menghilang. Kisah yang dulu kurasakan bahagia, kini berganti dengan derita yang perih. Ayah, ibu, dengan keegoisan kalian, seakan melupakanku. Dengan amarah kalian, seakan menganggap aku tidak ada. Aku ingat ketika aku pulang sekolah, baru saja aku menginjakan kaki di depan pintu, bukan sambutan hangat yang aku dapatkan dari kalian, bukan senyuman manis yang aku dapatkan di wajah kalian, melainkan cacian maki, amarah dan air mata.
            Ayah, ibu... Dimana kasih yang dulu pernah ada? Dimana cinta yang dulu pernah membara? Mengapa seolah semua tidak pernah ada? Mengapa harus ada amarah dan air mata? Tidak pernahkah kalian merasakan sedihnya menjadi aku, disaat aku harus memilih cinta diantara kalian. Tidak pernahkah kalian melihat aku, betapa aku sangat membutuhkan kalian berdua.
            Tuhan... Aku tidak meminta untuk dilahirkan dengan keadaan seperti ini. Aku tidak pernah meminta kemewahan di dunia ini. Tapi, izinkan aku mengembalikan cinta yang hilang.

            Aku merindukan keluargaku yang dulu.

Untitled

Ada hari dimana dunia ini dimulai, dan tentu akan ada akhir dari segalanya. Aku tau, masih banyak hal yang tak pernh terpikirkan olehku, namun tentu saja aku tak pernah menyadarinya. Dari awal, aku sangat tau bagaimana perjalanan kehidupan, tak dapat diduga, tak pernah terlintas apa yang akan terjadi selanjutnya hingga tiba saatnya semua terungkap menjadi sebuah kejutan. Kejutan yang mungkin akan merekahkan senyuman atau malah membawamu ke dalam kelaraan. Sama sepertiku, hidup dikelilingi banyak hal kelam, seakan akulah penjahat yang terus dikejar polisi. Siapa yang salah disini? Aku kah? Tidak! Aku tak pernah merasa salah dalam keadaan ini. Aku hanya... Aku hanya tak mengerti mengapa aku terus yang menjadi korban?

Serpihan luka itu belum juga habis ditelan bumi, ia semakin membawaku ke dalam dunianya, menyeruakkan betapa malangnya aku. Aku menyesal telah mau mencicipi hidup seperti ini, aku bahkan tak pernah berpikir bagaimana bisa aku bertahan dalam kegelapan yang selalu menyelimutiku. Mungkin dari luar aku memang terlihat kuat, senyum selalu menghiasi bibirku. Bahkan mungkin semua orang menganggap aku pribadi yang selalu ceria, selalu bahagia tanpa beban sedikitpun. Tapi siapa sangka bahwa itu semua hanyalah sebuah topeng. Aku sebenarnya rapuh! Aku lemah! Aku bukan batu karang yang hanya dapat diam dengan kokoh meskipun diterjang ombak setiap saat, aku hanya manusia biasa yang masih menyimpan sebuah perasaan, perasaan yang tak pernah orang lain mengerti. Hanya aku. Yaa, hanya aku yang dapat memahami hidupku. Bukan orang lain.

Rabu, 18 Februari 2015

Sakit yang Teramat Sangat Menyakitkan



Waktu itu, tepatnya hari Kamis, berarti malam Jumat kan? Itu merupakan malam paling gue takutin, ntah lah gue selalu mikir “ini malam Jumat kliwon bukan ya?” dan waktu jam menunjukan angka 23:35 perut gue mulai berkontraksi, rasanya melilit banget, dan gue rasa gue mau melahirkan (?) disitu gue bingung harus ke kamar mandi buat ngeluarin isi perut gue yang emang sudah gak betah buat tinggal di dalam perut alias sudah pengin dikeluarin dari asalnya. Setelah lumayan lama berdebat dengan diri sendiri, gue pun akhirnya ke kamar mandi buat setoran. Dan itu kali pertamanya gue ke kamar mandi tengah malam apalagi itu malam Jumat. Bisa kalian bayangkan, gimana takutnya gue waktu keluar kamar? Gue berjalan keluar kamar dengan kaki gemetar, lutut kanan bisa pindah ke lutut yang kiri, oke ini lebay menurut gue. Tapi saat itu gue beneran takut, takut ada yang nemenin waktu gue lagi di kamar mandi, tapi menurut gue itu gak mungkin juga. Selesai gue ngeluarin semua isi perut, gue bisa bernafas tenang dan bisa balik ke kamar lagi buat ngelanjutin aktifitas gue yang sempat tertunda.
Sekitar jam setengah 2 malam, gue memutuskan untuk pergi tidur karena mata gue sudah bener – bener pengin merem. Yah seperti itu lah gue, setiap harinya selalu tidur diwaktu hampir pagi hari menjelang. Menurut gue ada sensasi tersendiri ketika gue tidur jam – jam segitu. Padahal sebenarnya sih gue takut buat nutup mata, itu Cuma alasan gue biar gak dibilang penakut, sebenarnya gue emang penakut dan kalian semua sekarang tau itu.
Ditengah enaknya tidur gue, ditengah indahnya mimpi gue, perut gue mulai berkontraksi lagi. Ketika itu gue tengok jam ternyata jam menunjukan diangka 3.05 dini hari. Gue gak tau ini perut maunya apa sebenernya, maksudnya kenapa sakitnya gak bisa ditunda dulu gitu, kenapa harus sakit ditengah malam? Kenapa harus sakit di malam Jumat coba? kan gue jadi males buat ke kamar mandi, oke maksud gue takut lebih tepatnya.
Dan waktu gue merasakan perut yang semakin lama semakin sakit, gue memutuskan untuk beranjak dari kasur. Tapi, belum sampai di kamar mandi, gue bisa mendengar ada suara di dalam kamar mandi, seperti ada yang sedang mandi. Di jam segini masih ada orang yang mandi? Atau jangan – jangan....? tapi masa iya ada setan yang bisa mandi? Gue coba buat menyingkirkan pikiran – pikiran dangkal gue itu. Setelah gue pikir – pikir mungkin itu yang mandi adalah temen kost gue yang baru pulang kerja, mana mungkin sih setan bisa mandi kan? Guenya aja yang terlalu takut. Gue sudah gak kuat buat menahan beban hidup gue ini, ehm maksud gue, gue sudah gak kuat buat menahan sakit perut yang teramat sakit ini, tapi orang yang di dalam kamar mandi pun tak kunjung keluar. Itu orang lama banget mandinya, dia gatau apa kalau gue lagi nahan sakit gara – gara mau melahirkan, atau dia Cuma pura – pura gatau dan sengaja berlama lama di sana buat menyiksa gue dengan sakit yang amat pedih ini? Tapi gue pikir sih emang diaa beneran gak tau kalau gue lagi kesakitan seperti sekarang ini. Pengin rasanya gue gedor – gedor itu pintu kamar mandi sambil teriak “WOY CEPETAN KELUAR, GUE MAU MELAHIRKAN INI! GUE GAK MAU ANAK GUE KELUAR DISINI!” tapi hal itu gue urungkan karena mengingat kalau itu tengah malam dan kalau hal itu gue lakuin, yakin pasti gue bakal kena marah orang satu rumah karena udah mengganggu acara tidur mereka, bahkan mungkin ada sebagian dari mereka yang sedang sibuk membuat pulau Sumatera atau pulau Kalimantan di dalam tidur mereka. Gue gak bisa membayangkan hal jorok seperti itu.
Hal yang gue tunggu – tunggu pun datang, orang itu sudah selesai mandi.
ORANG ITU SUDAH KELUAR DARI KAMAR MANDI! Sengaja di Caps lock biar keliatan. Dan bisa kalian bayangkan gimana bahagianya gue buat melepaskan semua beban yang sangat tidak enak itu? Mungkin muka gue waktu itu sudah kaya puppy (anak anjing) dengan mata berbinar, begitu bahagia dan tentu menggemaskan. Gue pun setengah lari menuju ke kamar mandi, karena gue sudah benar – benar gak tahan. Dan lagi, gue bisa bernafas lega karena gue bisa terbebas dari beban ini lagi. Akhirnya gue bisa balik tidur lagi.
Waktu pagi harinya, perut gue kembali melilit kaya lagi dililit sama ular piton, sakit banget. Beberapa kali gue bolak balik kamar mandi. Mungkin kalau kamar mandinya bisa ngomong, dia bakalan ngomong “Woy bolak balik mulu lo, gue bosen tau ngeliat muka lo yang udah mirip kaya jamban itu” anjir pemikiran kamar mandi yang menurut gue picik banget.